Sunday, June 25, 2000

Pematang Cinta

Pematang Cinta



Kepada: MR

Pematang cinta itu masih disana
menunggu kisahmu, menunggu jejak2mu
menunggu semerta gemerbak aromamu
dan lambaian helai-helai rambut legammu

Matahari dan fajarnya pasti akan datang lagi, dara
membawa burung-burung itu kembali
mencari bulir demi bulir untuk disuapi pada anak-anaknya
dan rindumu pun terpenuhi
ketika kepak-kepak sayapnya terdengar lagi
pagi demi pagi
senja ke senja

Pematang cinta itu pasti tetap ada, dara
menanti tarian laki-laki tua dan cangkulnya
dengan bergurat garis2 kekekarannya,
lumpur disekujur badan
dan perempuan perempuan setia
datang menjelang senja bersegera
membasuhi dahaga dan lelah disekujur
membawa bungkusan nasi hangat dibakul-bakul
turun dari gendongan pinggul indah
dan betis bak padi buntingnya
menyuapinya dengan segenggam, bergelas dan berkujur cinta

Biarkan pematang cinta itu disana,
menjadi saksi berpasang kaki laki dan wanita
turun di genangan air kali-kali kecil
membasuh penat-penat dan gurat-gurat
merendamnya di sepengaliran kemericik sejuk
dan menghela waktu di batu-batu

Pematang cinta itu masih disana, dara
membawa rindumu
membasuh rinduku
mengajakmu datang lagi dan menunggu
pagi demi pagi
senja ke senja


(Juni 2000)


*  COMPILED

Friday, June 16, 2000

Sebuah Dermaga

Today's Poetry:

Sebuah Dermaga

(Episode Kepada Gadis Tercinta)

Di untaian terpaan riak dan ombak di pesisir, melaju, menyatu, dan bergumul dalam gelungan angin, menderu. Sukmaku berdiri terpaku, lalu lebur di kebiruan khayalku. Di sana aku berenang dan mengapung didalamnya, mencumbu malam dengan sejumput meganya, dan guratan aurora saat purnama. Menyusuri lintang dengan bintangnya

Aku selalu rindu untuk menepi, meraup jingga, saat mentari turun dan menyapa sekali lagi di cakrawala... dengan merahnya, magentanya, kuningnya, pada riaknya. Dan setelah berkali-kali rentangan jarak dan waktu, tangan dan kayuhan semakin melemah, maka tak ada lain keinginan dalam benak selain tetirah.

Dan tetirahku sampai pada satu dermaga;
dimana air meriak tenang
dimana angin menghembus semilir
dimana camar berkepak riang
dimana sauh terpancang dalam
dimana membentang dimata...
untaian taman kasih harum semerbak

Aku selalu rindu untuk datang berlabuh dan berlabuh mematri jengkal demi jengkal sonata cinta di haribaannya, pada gadis tercinta yang kupuja. Maka pada jiwamu, dermagaku, ‘kan kupancang satu pasak dengan dalam, dengan tegak. Agar temali cintaku tertambat lekat, erat-erat.


(Juni 2000)


* Compiled


Thursday, June 1, 2000

Sebuah Dermaga


Sebuah Dermaga

(Episode Kepada Gadis Tercinta)


Di untaian terpaan riak dan ombak di pesisir, melaju, menyatu, dan bergumul dalam gelungan angin, menderu. Sukmaku berdiri terpaku, lalu lebur di kebiruan khayalku. Di sana aku berenang dan mengapung didalamnya, mencumbu malam dengan sejumput meganya, dan guratan aurora saat purnama. Menyusuri lintang dengan bintangnya

Aku selalu rindu untuk menepi, meraup jingga, saat mentari turun dan menyapa sekali lagi di cakrawala... dengan merahnya, magentanya, kuningnya, pada riaknya. Dan setelah berkali-kali rentangan jarak dan waktu, tangan dan kayuhan semakin melemah, maka tak ada lain keinginan dalam benak selain tetirah.

Dan tetirahku sampai pada satu dermaga;
dimana air meriak tenang
dimana angin menghembus semilir
dimana camar berkepak riang
dimana sauh terpancang dalam
dimana membentang dimata...
untaian taman kasih harum semerbak

Aku selalu rindu untuk datang berlabuh dan berlabuh mematri jengkal demi jengkal sonata cinta di haribaannya, pada gadis tercinta yang kupuja. Maka pada jiwamu, dermagaku, ‘kan kupancang satu pasak dengan dalam, dengan tegak. Agar temali cintaku tertambat lekat, erat-erat.


(Juni 2000)
*Kepada: MR


* Compiled
 

Sore di Pematang


Sore di Pematang...

Kepada M:


Pematang cinta itu masih disana, menunggu kisahmu, menunggu jejak-jejakmu, menunggu semerta gemerbak aromamu dan lambaian helai-helai rambut legammu.

Matahari dan fajarnya pasti akan datang lagi, dara. Membawa burung-burung itu kembali mencari bulir demi bulir untuk disuapkan ke anak-anaknya. Dan rindumu pun terpenuhi ketika kepak-kepak sayapnya terdengar lagi. Pagi demi pagi … Senja ke senja.

Pematang cinta itu pasti tetap ada, dara. Menanti tarian laki-laki tua dan cangkulnya. Dengan bergurat garis2 kekekarannya berbalut lumpur disekujur badan.

Dan perempuan-perempuan setia datang menjelang senja bersegera, membasuhi dahaga dan lelah di sekujur. Membawa bungkusan nasi hangat dibakul-bakul. Turun dari gendongan pinggul indah dan betis bak padi buntingnya, menyuapinya dengan segenggam, bergelas dan berkujur cinta.

Biarkan pematang cinta itu disana, menjadi saksi berpasang kaki laki dan wanita turun di genangan air kali-kali kecil. Membasuh penat-penat dan gurat-gurat, merendamnya di sepengaliran kemericik sejuk. Dan menghela waktu di batu-batu bersanding asap rokok kelintingan bak cerutu.

Pematang cinta itu masih disana, dara. Membawa bisikmu, membasuh rinduku. Mengajakmu datang lagi dan menunggu. Pagi demi pagi … Senja ke senja


(Juni 2000)


* COMPILED