Today's Poetry:
Sebuah Dermaga
(Episode Kepada Gadis Tercinta)
Di
untaian terpaan riak dan ombak di pesisir, melaju, menyatu, dan
bergumul dalam gelungan angin, menderu. Sukmaku berdiri terpaku, lalu
lebur di kebiruan khayalku. Di sana aku berenang dan mengapung
didalamnya, mencumbu malam dengan sejumput meganya, dan guratan aurora
saat purnama. Menyusuri lintang dengan bintangnya
Aku
selalu rindu untuk menepi, meraup jingga, saat mentari turun dan
menyapa sekali lagi di cakrawala... dengan merahnya, magentanya,
kuningnya, pada riaknya. Dan setelah berkali-kali rentangan jarak dan
waktu, tangan dan kayuhan semakin melemah, maka tak ada lain keinginan
dalam benak selain tetirah.
Dan tetirahku sampai pada satu dermaga;
dimana air meriak tenang
dimana angin menghembus semilir
dimana camar berkepak riang
dimana sauh terpancang dalam
dimana membentang dimata...
untaian taman kasih harum semerbak
Aku
selalu rindu untuk datang berlabuh dan berlabuh mematri jengkal demi
jengkal sonata cinta di haribaannya, pada gadis tercinta yang kupuja.
Maka pada jiwamu, dermagaku, ‘kan kupancang satu pasak dengan dalam,
dengan tegak. Agar temali cintaku tertambat lekat, erat-erat.
(Juni 2000)
* Compiled
No comments:
Post a Comment