Friday, January 25, 2008

Cinta Hari Ini

Cinta Hari Ini

*Kepada: MR


Apa itu cinta?

Jika pertanyaan itu kau ajukan padaku bertahun lalu, mungkin aku akan lantas menjawabnya sebagai sesuatu yang lahir karena hukum sebab akibat. Cinta bagiku dulu adalah ketika aku hanya mampu menangkap warna, bentuk, keindahan, kecantikan dan segala yang kasat oleh mata. Cinta yang, menurutku, lahir dari pendengaran, tawa, kata dan segala suara. Cinta yang timbul karena terkecap dan teraba. Cinta yang timbul ketika tanganku menggenggammu, ketika mataku menatapmu, ketika telingaku meresap suaramu, ketika kusentuh kamu, ketika kupeluk kamu, ketika kita berpandangan, ketika kita berpelukan, ketika kita… menyadari satu sama lain bahwa kamu yang membuatku berdegup kencang dan aku yang membuatmu tersipu… ketika tak sengaja kita bertemu.

Cinta bagiku dulu adalah sesuatu yang indah. Penuh warna, penuh gelak, penuh canda, tawa, ria, aneka suka. Cinta bagiku dulu adalah rindu yang seolah membuncah meruyak tumpah ruah tak terbendung ketika kau tak ada, sedetik saja dari mata. Ketika kita jauh, ketika kita dibatasi oleh ruang dan waktu. Ketika kita tersekat oleh malam, oleh kesibukan, oleh kehidupan masing-masing, oleh sesuatu yang kita kenali sebagai kau adalah kau, aku adalah aku, dan kita masih menjalani hidup sendiri-sendiri.

Cinta bagiku dulu adalah sesuatu yang harus berwujud dalam sebuah perlambangan, entah hati berwarna merah jambu, atau setangkai mawar merah menyala, atau selembar kertas berisi kata-kata berwarna laut biru, atau sebentuk coklat nikmat yang leleh lumat di mulut kita yang terkulum sambil senyum, atau sebatang ice-cream Magnum rasa susu berlapis coklat, dan berbagai rasa lain yang terkecap dalam makanan yang lahap, atau sebentuk lambang-lambang yang senantiasa kita kenali dan kita baca sebagai… I LOVE YOU. AKU CINTA KAMU.

Cinta bagiku dulu adalah sesuatu yang kudengar sebagai sesuatu yang merdu mendayu-dayu, sesuatu yang mengalun jauh ke dasar hatiku yang jika tiap kali terdengar selalu saja membawaku ke lembah ingatan yang di dasarnya kau ada, sesuatu yang kuikuti dengan siulan atau gumamam penuh nada yang kusebut lagu yang mewakili keberadaanmu dan perasaanku. Cinta bagiku dulu adalah sesuatu yang harus sempurna. Cinta bagiku dulu adalah sesuatu yang harus indah, cantik, mempesona.

Namun jika kau tanyakan padaku saat ini, apa Cinta itu sesungguhnya, maka biarkan aku mengungkapkan Cinta itu dengan apa yang kurasakan sebenarnya saat ini, hari-hari ini, selama ini…

Cinta bagiku saat ini adalah sesuatu yang tak bisa lagi kuraba, kukecap, kudengar, kulihat. Cinta bagiku kini bukanlah sesuatu yang harus kunikmati dengan mata, kuresapi dengan telinga, kureka dengan pikiran. Cinta bagiku kini adalah sesuatu yang ada ketika kuterpejam, nyata ketika kuterjaga.

Cinta bagiku kini adalah ketika aku bangun pagi dan meresapi setiap helaan nafas yang masih bisa kunikmati, setiap aliran udara yang masih bisa memenuhi setiap rongga di paru-paruku, cinta yang mampu membuatku tersenyum dan menikmati seluruh rasa yang ada yang mampu membuatku tersenyum ketika aku meregangkan setiap otot-otot yang kaku setelah tidur panjang yang melelapkan.

Cinta bagiku kini adalah sesuatu yang kunikmati ketika bibirku mencecap sejumput rasa yang berasal dari harmonisasi antara rasa panas dan rasa nikmat… atau entah apalah namanya dari racikan kopi yang kau hidangkan di pagi hari.

Cinta bagiku kini adalah sesuatu yang ketika kupejamkan mata, seketika aku seperti terhisap dan tertarik oleh satu kekuatan yang melemparkanku pada apa yang kusebut sebagai ‘selimut yang melingkupi seluruh raga dan jiwaku’ dan menghadirkan sesuatu yang kuartikan sebagai ‘aaaahhhhhhh, betapa damainya’. Sesuatu yang melemparku pada dunia yang di dalamnya aku ingin seolah tidur, tersenyum, diam… abadi.

Cinta bagiku kini adalah ketika -bukan saat kutatap- ada beberapa makhluk cantik-cantik yang -beberapa tahun lalu rasanya baru saja asyik kudekap erat tidur lelap dalam lilitan ‘bedongan’nya, bayi-bayi merah yang hanya mengenal tidur terpejam, nangis terpejam, mimi susu terpejam dan bahkan ‘eek dan kencing pun terpejam- kini tiba-tiba saja menjelma menjadi sosok-sosok lucu, menggemaskan, pintar, cerdas, patuh, nakal, bandel, cengeng, bawel, keras kepala, iseng yang tak henti membuatku ingin tertawa, baik ketika aku sedang senang maupun ketika aku kesal.

Cinta yang merupa pada makhluk-makhluk yang entah apa yang menuntun kita hingga kita memanggilnya dengan kata-kata ‘abang raka’… ‘kaka romi’… dan memey. Cinta bagiku kini adalah ketika –bukan saat kusentuh- aku melumatmu habis, entah kupeluk, entah ku-apalah namanya itu, atau ketika aku tak lagi merasakan keberadaan diriku dan dirimu yang terpisah oleh jarak dan waktu, karena hakekatnya aku dan kau adalah satu, sejiwa, sebidang, sedetak, sewarna, sehati, serangkum, sejalan, setapak, segejolak, sesunyi, sesenyap, selandai, sedamai, setawa, sepedih, serepot, seruwet, sesuatu… ya, hakekatnya tak ada lagi aku, tak ada lagi kau.

Cinta bagiku adalah kita. Cinta bagiku adalah ini, sekarang, terpejam, tersadar, tertidur, jauh, dekat, terlihat, terpisah… ada. Ada. Sungguh nyata. Terasa. Ada! Cinta adalah aku. Cinta adalah kau. Cinta bagiku kini adalah kita. Kita adalah cinta. Ya, Cinta adalah kita.

Cinta adalah impian, tujuan, harapan, rasa syukur, doa.

Cinta adalah apa yang kupijak. Cinta bagiku kini adalah atap yang melindungi kita dari panas, dinding yang melindungi kita dari angin dan debu. Lantai yang melindungi kita dari keterperosokan dan keterjerembaban ke jurang tak berdasar. Jendela yang membawa pergantian udara. Panas yang mengeringkan. Dingin yang menyejukkan.

Cinta bagiku kini adalah nikmat yang terasa ketika perutku kenyang, nikmat yang lahir ketika perutku perih karena lapar. Cinta bagiku adalah begitu banyak. Begitu beragam. Namun di saat yang sama juga begitu sederhana. Karena cinta bagiku kini hanyalah sesuatu… yaitu satu!

Cinta bagiku kini adalah… kamu. Seluruhmu, dan segalamu.

Aku cinta kamu, istriku…


(Ciledug, 25 Januari 2008) 02:55 AM

Sunday, January 6, 2008

Sebait Sajak Pantai dan Riaknya

Sebait Sajak Pantai dan Riaknya

kepada: minarni


sederhana saja..
aku ingin cinta kita
terus hidup bergelora!
seperti ombak...
yang tak pernah lelah
mengejar bibir pantai
untuk kemudian memecah
sisakan buih yang tersemai


(6 Jan 2008)


* Compiled

Wednesday, January 2, 2008

Malam Tahun Baru


Malam Tahun Baru

*Kepada: MR


Tak ada yang lebih kuingat
di malam tahun baru itu
selain ketika menatapmu
tengah terlelap di sampingku

Kau tertidur begitu lelap.
Barangkali karena lelah.

Dalam keremangan kulihat cahaya
di wajahmu yang tertidur
kutatap engkau damai lingkupi aku
kudekap engkau cinta smakin tumbuh

kubisikkan mesra dilelapmu
aku cinta kamu, kekasihku


(1 Januari 2008)