Thursday, November 27, 2003

Lewat Dini Hari

Lewat Dini Hari

(sebuah catatan kerinduan) 


disinilah aku, sendiri. jauh darimu. kita terpisah oleh jarak, ruang dan waktu. dan jembatan yang mempertemukan kita hanyalah pikiran yang menyatu. aku melihatmu di benakku. aku merasakan betapa jiwa kita meronta. aku menyadari rindu di antara kita masih ada, meraja, menguasai kita secara nyata. 

kesendirian ini menyadarkanku tentangmu.. segala yang kucinta, segala yang kuinginkan adalah dirimu. dalam kesendirianku ternyata aku luruh rapuh. lalu pikiran seperti mewakili keberadaanku dan berlari, berpacu, melintasi alam sadarku untuk mendekapmu. memelukmu. 

dalam kesendirian, sukmaku ramai berceracau, lirih, melolong dan meratap. berkali-kali aku mendesah gundah… kesadaranku mengatakan bahwa aku membutuhkanmu, disisiku. dan, disinilah aku. belajar menyelami diri. setelah bertahun terlupakan karena rutinitas kedekatan lahir kita seakan membuat kita lupa, bahwa aku di hatimu dan hau dihatiku adalah semata wajar adanya dan semestinya, dan membuatku lupa menghargai bahwa semua itu sesungguhnya adalah karena kita saling mencintai. 

dan kesendirian ini mengajarku untuk lebih peduli tentang perasaanku yang selama ini kuendapkan dan terkubur nyaris mati. dan jarak yang panjang terbentang di antara kita makin menyiksaku (aku tahu juga menyiksamu). seperti cemeti yang membuka kesadaranku, berapa lama kita tak lagi bertukar kata cinta? berapa lama ungkapan ‘aku mencintaimu’ dan ‘aku sayang kamu’ – yang dulu adalah lagu wajib tiap kita bertemu dan berpisah – hanya kuwakilkan dengan sejumput senyum dan tatapan mata yang mengiring pelukan mesra sesaat saja?

jarak yang panjang ini sepertinya tak mampu menggali kembali saat-saat indah yang seharusnya menjadi milikmu, hakmu – namun berlalu datar dan kelabu – karena semuanya terkubur dalam irama rutinitas keseharian kita yang datar tanpa hentakan gairah sebagaimana awal-awal kebersamaan kita dulu. dan sepinya malam yang panjang menjadi orkes simphony yang memainkan nada-nada rindu, menggetarkan kembali sinyal-sinyal cinta di ruang jiwaku dimana didalamnya bergema namamu, kekasihku. 

disinilah aku, dalam kesendirian sesaat membutuhkanmu untuk melengkapi kekuranganku, menginginkanmu untuk mengisi kekosongan jiwaku dan memilihmu untuk menghidupi sukmaku yang terbaring lunglai hampir mati. aku masih mencintaimu, selalu. 


(27 nov ‘03)
hotel marannu, makassar

Saturday, November 15, 2003

Tak 'kan Berhenti Kumencintaimu (1)


Tak 'kan Berhenti Kumencintaimu  (1)

*Kepada: Minarni


aku tak 'kan berhenti mencintaimu
meski tak perlu aku berlari
membebat kenangan dan mimpi yang pergi
dan berdebar terengah pacu rindu
karena seluruhmu tlah kau beri aku..

memang tak lagi kita bermandi kata;
puisi cinta, rindu, debar, pesona
meski sentuhan kita kadang hilang makna
kutahu cinta tentangmu selalu ada

aku tak 'kan berhenti mencintaimu
karena hanya itu yang kutahu
yang kumau


(Nov. 2003)

Thursday, November 6, 2003

Monk


Monk



kupanggil kau monk.
bukan ‘yank, bukan cintaku, bukan kasihku.. 
tapi monk.
monk! ya... monk.

monk tak berarti bagi siapa pun! 
tapi bagiku monk adalah ketika
aku tak mampu mengungkap rasa
segala yang ada tentangmu 

monk adalah rinduku, 
adalah cintaku, 
adalah sayangku, 
adalah kasihku, perempuanku, hasratku 
jadi, kupanggil kau monk 
karena kau lah segalanya bagiku... 


(Nov ‘03) 
monk &  ponk